Sabtu, 08 Desember 2018

BULU TANGKIS



Oleh

Dr. Marta Dinata, M.Pd




Penerbit Cerdas Jaya
Jakarta
2018


BAB I
SEJARAH BULU TANGKIS

A.    Pendahuluan

Bulutangkis meskipun dikenal sebagai permainan yang dilahirkan di Poona, India, dipopulerkan di Inggris setelah dia menjadi permainan orang kelas atas. Nama badminton sendiri diambil dari nama wilayah tanah pertanian milik bangsawan Inggris, kemudian yang menjadi nama ajang pertandingan.
Di Indonesia, permainan ini diduga masuk lewat orang Eropa yang membawanya ketika mereka datang kemari. Pada awalnya Bulu tangkis banyak dimainkan di Jawa dan Sumatera, khususnya Medan yang memiliki perkebunan milik orang asing. Sebelum merdeka sudah banyak klub didirikan dan mereka itu membuat pertandingan regular antar pemain.
Di Jawa, kota-kota yang memiliki klub selain di Jakarta adalah Bandung, Tegal, Purwokerto, Surabaya. Dari kompetisi tak resmi ini, munculah sejumlah nama seperti Sudirman, Ferry, Sonneville. Setelah itu baru diadakan kejuaraan tingkat nasional.
Setelah memiliki pemain nasional, dwitanding kemudian diadakan antar negara, khususnya dengan Malaya yang waktu itu masih terdiri dari Malaysia dan Singapura. Malaya merupakan negara terkemuka di dunia karena keberhasilan sejumlah pemain mereka menajadi juara di Eropa.
Indonesia sendiri mulai berkiprah di tingkat Internasional ketika Tan Joe Hok menjadi juara All England tahun 1957. Setelah itu semakin diakui ketika menjadi juara Piala Thomas dengan mengalahkan raksasa Malaya, dan Indonesia mulai aktif di berbagai kejuaraan di Eropa. Pemain putri juga muncul dan mendapat nama setelah merebut Piala Uber tahun 1975. Pada saat itu demam Bulu tangkis, dengan pemain top seperti Rudy Hartono, Christian Hadinata, Ade Chandra, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, sangat luar biasa dan membuat olahraga Bulu tangkis menjadi olahraga nomor satu di Indonesia.
Indonesia memasuki babak baru, karena membuat dua medali emas di Olimpiade Barcelona 1992, yang terus bisa dipertahankan dengan merebut emas pula di Olimpiade Atlanta 1996, dan Olimpiade Sydney 2000.

B.            Sejarah Thomas Cup

Sekitar tahun 1920-1933 yang menjadi juara All England Championship adalah Sir George Thomas, dilahirkan tahun 1881 dan meninggal tanggal 23 Juli 1972. Selain menjadi juara perorangan, ia juga selalu menjuarai ganda putra dan ganda campuran. Selama 30 tahun George Thomas keluar sebagai juara dalam 90 pertandingan nasional di Eropa dan 50 kali menjuarai kejuaraan internasional.
Selain tampil sebagai pemain yang sukses di gelanggang pertandingan, George Thomas juga seorang ahli dalam organisasi. Ia adalah presiden IBF yang mengadakan perebutan kejuaraan Bulu tangkis beregu putra yang bersifat internasional. Untuk itu Sir George Thomas mempersembahkan sebuah piala pada tahun 1939 untuk diperebutkan pada tahun 1941/1942. Piala ini dibuat di London dari bahan perak berlapis emas dengan ukuran tinggi 28 inchi, lebar 16 inchi dan terdiri dari 3 bagian yaitu dasar, badan piala dan tutup. Bagian tutupnya dihiasi patung seorang pemain pria. Pada bagian depan tertulis kalimat ‘The International Badminton Championship Cup. Presented to the International Badminton Federation by Sir George Thomas Bart, 1939’.
Perang dunia ke-2 menjadi penghalang dan membuat mundur penyelenggaraan tersebut selama beberapa tahun. Baru 14 tahun kemudian diselenggarakan perebutan Piala Thomas yang pertama kalinya di Prestorn, Inggris yang diikuti oleh Kanada, Denmark, Inggris, Perancis, Irlandia, Wales, USA dan Malaya. Dalam kejuaraan tersebut Malaya keluar sebagaia juara setelah mengalahkan Denmark 8-1.
Tahun 1957/1958 merupakan perebutan Piala Thomas yang ke-4 kalinya, dan untuk pertama kalinya Indonesia saat itu sungguh luar biasa, karena sebagai regu yang tidak diperhitungkan, pada akhirnya mampu menundukkan juara bertahan malaya dengan angka 6-3. Setelah tahun tersebut, praktis Indonesia merajalela mempertahankan tahun tersebut, praktis Indonesia merajalela mempertahankan dan memiliki Piala Thomas sampai tahun 1984 diseling tahun 1967 oleh Malaysia dalam ‘Insiden Scheel’ dan 1982 oleh Cina. Pada tahun 1989 Piala Thomas mendekam di negara tirai bambu Cina dan tahun 1992 di Malaysia. Baru pada tahun 1994, pada perebutan yang ke-18 kalinya. Piala Thomas kembali ke Indonesia dan bersanding kembali dengan Piala Uber untuk yang ke-2 kalinya setelah tahun 1975. Di final, Indonesia mencukur juara bertahan Malaysia 3-0, partai selebihnya tidak diteruskan lagi.

            Negara-negara yang pernah meraih piala Thomas

TAHUN                     TEMPAT                   JUARA
1949                            Preston                        Malaya
1952                            Singapore                    Malaya
1955                            Singapore                    Malaya
1958                            Singapore                    Indonesia
1961                            Jakarta                         Indonesia
1964                            Tokyo                          Indonesia
1967                            Jakarta                         Malaysia
1970                            Kuala Lumpur             Indonesia
1973                            Jakarta                         Malaysia
1976                            Bangkok                      Indonesia
1979                            Jakarta                         Indonesia
1982                            London                       RRC
1984                            Kuala Lumpur             Indonesia
1986                            Jakarta                         RRC
1988                            Kuala Lumpur             RRC
1990                            Nagoya                        RRC
1992                            Kuala Lumpur             Malaysia
1994                            Jakarta                         Indonesia
1996                            Hongkong                   Indonesia
1998                            Hongkong                   Indonesia
2000                            Kuala Lumpur             Indonesia
2002                            Guangzhou                  Indonesia
2004                            Jakarta                         RRC
           
C. Sejarah Uber Cup

Piala Uber adalah sebuah lambang supremasi bulu tangkis beregu putri yang pada mulanya diperebutkan dalam kurun waktu tiga tahun sekali. Namun, setelah pertemuan IBF tanggal 19 Meil 1982 berubah menjadi 5 partai dan dipertandingkan 2 tahun sekali. Pelaksanannya bersamaan dengan perebutan Piala Thomas, dengan sistem dan partai yang sama.
Piala ini merupakan sumbangan dari pemain terkenal Inggris, H.S Uber, yang selama kurang lebih 25 tahun berada di arena Bulu tangkis sejak tahun 1926. Kemudian dalam tahun-tahun berikutnya karirnya terus meningkat. Tercatat mulai tahun 1935-1938, uber pernah menjadi juara tunggal putri All England 1935, juara ganda putri 1937,1938 dan ganda campuran bersama suaminya, D.C Hume, pernah tercatat sebagai pasangan yang tak terkalahkan selama tahun 1930 sampai tahun 1938. Selama karirnya dalam Bulu tangkis pernah menjuarai tak kurang dari 40 turnamen.
Piala Uber secara fisik berbentuk Globe dengan bagian atasnya terdapat patung seorang pemain Bulu Tangkis putri yang sedang mengayunkan raket. Di bagian bawah patung tersebut terdapat tulisan yang berbunyi, ‘The Ladies International Badminton Champions Challenge Trophy, Presented to the International Badminton Federation, by Mrs. H. S. Uber, 1956’. Piala ini terbuat dari perak setinggi kurang lebih 40 cm dibuat oleh Messrs Mappin dan Webb of London.
Ide untuk mewujudkan Piala Uber teretus pada tahun 1950. Tepatnya sewaktu sidang tahunan IBF, Council Meeting. Namun, kala itu masalah biaya merupakan kendala utama. Karenanya untuk sementara kegiatan yang berkaitan dengan Piala Uber ditunda. Baru pada tahun 1953, masalah Piala Uber dibicarakan kembali. Kali ini sidang menyetujui penyelenggaraan kejuaraan. Maka ditetapkanlah bahwa kejuaraan pertama dilaksanakan pada musim kompetisi 1956/1957. Kontes yang pertama diikuti oleh Malaya, Hongkong, India, yang tergabung dalam zone Asia, kemudian Irlandia, Swedia, Skotlandia, Denmark, Inggris, tergabung dalam zone Amerika. Juaranya adalah Amerika Serikat setelah mengalahkan Denmark dengan angka 6-1.
Indonesia sendiri ikut serta untuk yang pertama kalinya pada kontes yang kedua, tahun 1959/1960. Sayang prestasi yang diciptakannya tidak seindah prestasi yang diraih oleh regu putra. Mereka kandas pertandingan zone. Pada tahun 1965/1966 regu putri Indonesia dikalahkan oleh Jepang dengan skor 5-2 dipertandingkan antar zone. Tahun 1968/1969 dan tahun 1971/1972 kembali regu Indonesia harus menyerah dari musuh yang sama, Jepang. Akan tetapi kekalahkan ini terjadi di pertandingan final dengan skor yang sama pula, 1-6. Baru pada tahun 1975 Indonesia menjadi juara piala Uber untuk pertama kalinya.
Setelah itu tidak ada lagi juara. Indonesia seolah-olah ditelan oleh keperkasaan regu-regu negara lain. Hanya pada tahun 1989 prestasi yang agak lumayan tercipta, sebab Indonesia berhasil tampil di Final. Namun akhirnya menyerah pada regu ‘naga’ Cina dengan angka tipis 2-3.
Pada perebutan Piala Uber yang ke-15 kalinya, tahun 1994 di Jakarta, Indonesia berhasil merebutnya dari juara bertahan Cina dengan angka yang sama 3-2, kemudian dipertahankan pada perebutan Piala Uber tahun 1996 di Hongkong.
            Negara-negara yang pernah memboyong Piala Uber

TAHUN                     TEMPAT                   JUARA
1957                            Lytham                        Amerika Serikat
1960                            Philadephia                 Amerika Serikat
1963                            Wellington                  Jepang
1966                            Wellington                  Jepang
1969                            Tokyo                          Jepang
1972                            Tokyo                          Jepang
1975                            Jakarta                         Indonesia
1978                            Auckland                    Jepang
1981                            Kuala Lumpur             Jepang
1984                            Kuala Lumpur             RRC
1986                            Jakarta                         RRC
1988                            Kuala Lumpur             RRC
1990                            Nagoya                        RRC
1992                            Kuala Lumpur             RRC
1994                            Jakarta                         Indonesia
1996                            Hongkong                   Indonesia
1998                            Hongkong                   RRC
2000                            Kuala Lumpur             RRC
2002                            Guangzhou                  RRC
2004                            Jakarta                         RRC

D. Perkembangan Olahraga Bulu Tangkis di Indonesia

            Olah raga Bulu tangkis semakin populer di negeri kita. Gerakan olah raga Bulu tangkis merupakan salah satu kegiatan di kalangan masyarakat Indonesia, yang ikut menunjang terbentuknya manusia Indonesia, yang tidak saja sehat jasmanian dan rohaniah serta gemar olahraga semata-mata, melainkan juga dengan satu cita-cita yaitu untuk mengharumkan nama, harkat dan derajat Bangsa dan Negara Republik Indonesia di mata bangsa-bangsa di dunia ini.
            Sejak diresmikannya Persatuan Olahraga Badminton di Inggris, permainan ini mulai berkembang di beberapa wilayah jajahan Inggris, termasuk Malaysia dan Singapura. Dari dua daerah jajahan inilah diperkirakan permaainan Badminton masuk ke Indonesia. Ada yang meyebar melalui Medan dan beberapa daerah di Sumatera, ada pula yang dibawa langsung dari Malaysia atau Singapura ke Jakarta. Situasi ini terjadi kira-kira tahun 1930.
            Pada tahun 1933 di Jakarta sudah ada perkumpulan badminton yang populer, bernama ‘Bataviase Badminton Bond’, disingkat BBB. Selanjutnya, berdiri pula satu perkumpulan lagi yang bernama ‘Bataviase Badminton League’. Kedua perkumpulan ini akhirnya bersatu dengan nama ‘Batavia Badminton United’, disingkat BBU. Perkembangan olahraga badminton di Indonesia mulai berkembang ke beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sekitar tahun 1930.
            Pada masa penduduknya Jepang di Indonesia perkembangan olahraga badminton semakin pesat. Pada tahun 1942, karena didorong oleh suasana anti barat yang diciptakan balatentara Jepang, diusulkan untuk mengganti istilah badminton yang dianggap asing dengan istilah Indonesia, RMS Tri Tjondrokusumo yang waktu itu menjabat sebagai ketua ISI (Ikatan Sports Indonesia) mengusulkan nama badminton. Usulan itu mendapat tanggapan positif dan diterima baik oleh kalangan pecinta Bulu tangkis dan menyebar luas di seluruh pulau Jawa dan beberapa daerah lain di Nusantara.
            Satu tahun kemudian, di Jakarta dibentuk suau gerakan olah raga dengan nama GELORA (Gerakana Latihan Olah raga Rakyat) yang dipimpin oleh Otto Iskandar Dinata. Gelora tersebut terdiri dari beberapa cabang olah raga, termasuk bulu tangkis. Gelora bagian Bulu tangkis, secara berkala menyelenggarakan kejuaraan Bulu tangkis di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
            Pada tanggal 4-6 Mei 1951, para tokoh bulu tangkis Indonesia menyelenggarakan kongres di Bandung. Karena mereka sepakat untuk membentuk badan Bulu tangkis tingkat nasional, maka pada tanggal 5 Meil 1951 dibentuklah organisasi Bulu tangkis nasional dengan nama ‘PBSI’ (Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia). Sebagai ketua PBSI pertama adalah H.R Rochdi Partaatmaja dan dua wakil ketua yaitu Sudirman dan Tri Tjondrokusumo. Pada tahun 1953, PBSI secara resmi menjadi calon untuk menjadi anggota IBF. Ini merupakan langkah awal masuk ke dunia Internasional merealisasi ambisi untuk memboyong Piala Thomas yang merupakan  kejuaraan Dunia Beregu Putra.












BAB II
METODE LATIHAN BULU TANGKIS

     a.      Teknik Dasar Bulu tangkis

            Untuk dapat bermain Bulu tangkis dengan baik, terlebih dahulu kita harus memahami bagaimana cara bermain Bulu tangkis dan menguasai beberapa teknik/keterampilan dasar permainan ini.
Keterampilan teknik dasar permainan Bulu tangkis yang perlu dipelajari, secara umum dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu
1.      Cara Memegang Raket (Grip)
Cara memegang raket tidak begitu sukar, karena raket Bulu tangkis relatif ringan dan dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan memegang seperti ini sering kita lakukan. Teknik memegang raket yang dianggap baik adalah teknik memegang raket yang dapat digunakan untuk menerima atau mengembalikan kok dengan mudah. Pengenalan fungsi pegangan raket sebaiknya lebih dahulu dipelajari pemain pemula seawal mungkin, agar dapat memilih cara pegangan yang dibutuhkannya.
Bagian pegangan raket dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Memegang raket pada bagian atas biasanya dilakukan pada waktu melakukan pukulan yang cepat (dalam permainan ganda), atau pada saat bertahan. Sedangkan pegangan  bawah banyak dilakukan pemain pada waktu melakukan smes.

Ada beberapa cara memegang raket diantaranya :
a.      Cara Amerika
Gagang raket dipegang dengan bagian tangan antara ibu jari dan telunjuk menempel pada bagian permukaan raket yang gepeng. Dikalangan masyarakat, cara pegangan ini disebut pegangan gebuk kasur. Namun Pebulutangkis top dunia, tidak ada yang mempergunakan cara pegangan ini. (Gambar 2.1)
b.      Cara Inggris/ pegangan backhand
Raket dipegang dengan bagian ibu jari menempel pada bagian tangkai yang gepeng dan telunjuk berada pada bagian yang sempit. (Gambar 2.2)
c.       Cara Shakehand
Sesuai dengan namanya, cara pegangan ini seperti pegangan orang berjabat tangan. Cara ini sering pula dinamakan forehand grip, karena dengan pegangan ini sangat mudah dilakukan pukulan forehand. Walaupun demikian, dengan pegangan ini juga dapat dilakukan pukulan backhand dengan cara relatif mudah. Dalam tenis pegangan seperti ini disebut eastern grip. (Gambar 2.3)
d.      Cara Campuran
Cara pegangan campuran dari ketiga bentuk pegangan tadi. Dilakukan dengan cara mengubah-ubah posisi jari telunjuk dan ibu jari disesuaikan dengan arah dan jenis pukulan yang dilakukan. Biasanya para pemain top dunia haya menggunakan cara pegangan Shakehand pada saat melakukan pukulan overhead backhand, pegangannya diubah dan kemudian diputar seperempat putaran ke sebelah dalam, sehingga ibu jari berada pada bagian pegangan yang gepeng (Pegangan Inggris).
Gambar 2.1 Pegangan cara Amerika

Gambar 2.2 Pegangan cara Inggris

Gambar 2.3 Pegangan cara jabat tangan

     2.      Sikap Berdiri (Stance)
a.       Sikap berdiri pada saat melakukan servis dibagi menjadi dua bagian yaitu :
-          Servis Forehand dilakukan dengan cara pemain berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira-kira setengah meter di belakang garis servis pendek; kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, sementara berat badan bertumpu pada kaki belakang. Pada saat kok dipukul, berat badan dipindahkan ke depan.
-          Servis Backhand dilakukan dengan cara pemain berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira-kira setengah meter di belakang garis pendek, kaki kanan di depan dan kaki kiri di belakang, berat badan berada ditengah dan pada saat servis dilakukan berat badan dipindahkan ke depan lihat gambar 2.4

Gambar 2.4 Sikap berdiri pada saat melakukan servis

b.      Sikap berdiri pada saat menerima servis
Sikap berdiri pada saat servis, baik yang dilakukan dengan forehand maupun dengan backhand adalah sebagai berikut
-          Sikap berdiri untuk permainan tunggal adalah berdiri pada servis, kira-kira di tengah-tengah daerah servis dan satu meter dibelakang garis servis pendek.
-          Sikap berdiri untuk permainan ganda adalah pemain lebih maju ke depan, tetapi tidak melewati garis servis pendek. Kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Berat badan berada di kaki denpan dengan posisi labil (kedua kaki agak jinjit). Pada saat servis dilakukan berat badan dipindahkan ke arah datangnya kok, mungkin ke depan atau ke belakang, tergantung pada jenis servis yang dilakukan lihat gambar 2.5.
Gambar 2.5 Sikap berdiri pada saat menerima servis
c.       Sikap berdiri pada Rally
Sikap berdiri pada rally sangat bervariasi, tergantung pada posisi pemain, apakah ia sedang melakukan serangan atau bertahan. Juga harus diperhatikan, dari mana arah datangnya kok, apakah dari depan, dari belakang, di atas kepala, di samping atau di bawah. Sebagai patokan, sikap berdiri pemain tunggal dianjurkan untuk selalu berdiri di tengah-tengah lapangan dan kedua kaki tidak sejajar, bisa salah satu kaki agak di depan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.6

Gambar 2.6 Sikap berdiri pada saat rally

    3.      Gerak Kaki (Foot Work)
Gerakan kaki biasanya disebut footwork atau kerja kaki. Footwork adalah gerakan-gerakan langkah yang mengatur badan untuk menepatkan posisi badan agar memudahkan pemain dalam melakukan gerakan mumukul kok sesuai dengan posisinya. Prinsip dengan dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan (right handed), adalah kaki kanan yang selalu di ujung akhir  di ujung akhir atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan.
Dalam permainan Bulu tangkis, kaki berfungsi sebagai penyangga tubuh untuk menempatkan badan dalam posisi yang memungkinkan dalam melakukan gerakan pukulan yang efektif.

4.      Teknik Pukulan (Strokes)
a.       Pukulan dengan ayunan raket dari bawah (under arm strokes) terdiri dari :
-          Servis : servis tinggi/lob, servis pendek, servis kedut/flick servis.
-          Under arm lob mengangkat kok tinggi : defensif clear dan offensif clear.
b.      Pukulan mendatar atau menyamping, terdiri dari :
-          Lob/clear :offensif lob dan defensif lob
-          Drive
-          Dropshot
-          Netting
c.       Pukulan dari atas kepala (overhead strokes) terdiri atas :
-          Overhead lob  : offensif lob dan defensif lob
-          Overhead smes
-          Chopped
-          Dropshot
-          Around the head

     b.      Servis
1.      Servis Panjang (Long service/clear)
      Dilakukan dengan memukul kok dari bawah dan diarahkan ke bagian belakang atas lapangan permainan tunggal, sehingga sering dinamkan dengan ‘Deep Single Servis’. Jenis ini dilakukan dengan pukulan forehand lihat gambar 2.7
Gambar 2.7 Servis Panjang

2.      Servis Pendek
      Diarahkan pada bagian depan lapangan lawan dan biasanya dilakukan dalam permainan ganda, tetapi pemain tunggal pun banyak yang melakukan servis pendek, pemain yang berada dalam posisi menyerang. Hal itu terjadi karena menerima servis pendek, dipaksa untuk mengembalikan kok dari bawah atau dari samping yang mengakibatkan kok naik. Servis ini dapat diketahui dengan pukulan forehand dan backhand.
3.      Flick Servis
      Flick servis adalah cara servis yang dilakukan seperti servis pendek. Namun, ketika hampir menyentuh kok, secar tiba-tiba pergelangan tangan dilecutkan sehingga laju kok menjadi kencang dan melambung ke bagian belakang daerah servis. Jenis servis ini sering digunakan dalam permainan ganda. Teknik ini dikembangkan setelah pemberi servis seringkali menemui kesulitan untuk melakukan servis, sebagai akibat pemain penerima servis sangat agresif untuk menyerang dan menyergap bola di depan net pada saat kok melintas rendah di atas jaring. Sergapan itu sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan timing pemukul, sehingga sering pemain-pemain yang terlalu agresif, membuat kesalahan yaitu pukulannya menyangkut pada jaring.
      Pihak penerima servis atau pelaku servis harus berada pada daerah servis lapangan yang berbeda. Dengan posisi diagonal tanpa menyentuh garis. Kaki pihak pelaku servis maupun penerima servis  harus tetap menyentuh permukan lapangan sampai servis selesai dilakukan dan permukaan raket pelaku servis harus memukul bagian bawah kok, pada posisi di bagian bawah pinggangnya. Pada saat kok dipukul, tangkai raket pelaku servis harus mengarah ke bawah, dan seluruh bagian kepala raket pelaku servis tersebut berada lebih rendah dari tangan yang memegang raket. Lihat gambar 2.8 dan 2.9
Gambar 2.8 Backhand Short Servis

Gambar 2.9 Forehand Short Servis

      c.       Pukulan dari atas kepala
1.      Pukulan Lob/Clear
      Berdiri dengan rileks, posisi badan ditempatkan sedemikian rupa di belakang kok, sementara salah satu kaki berada de depan dan berat badan jauh di kaki belakang. Kok dipukul di depan atas kepala dengan cara mengayunkan raket ke depan atas yang dilanjutkan dengan meluruskan lengan sepenuhnya. Lecutkan pergelangan tangan ke depan. Setelah raket menyentuh kok, lanjutkan dengan memukul sehingga raket berada di samping.
      Pukulan Lob berbentuk lob serang atau berupa lob bertahan. Lob serang dengan lambungnya kok yang tidak terlalu tinggi, tetapi jatuh dari di garis belakang. Sedangkan lob bertahan dilakukan dengan cara melambungkan kok setinggi-tingginya, supaya pemain bisa memperbaiki posisi badannya dan bersiap-siap untuk menerima serangan lawan dalam permainan. Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan antara gerakan badan, lengan, dan pergelangan tangan. Lihat gambar 2.10

Gambar 2.10 Pukulan Lob/Clear

2.      Pukulan Melingkar Kepala (around the head)
Dilakukan dengan cara memutar lengan, melingkar melewati belakang atas kepala ke arah backhand. Kok yang melambung di sebelah kiri, oleh pemain penerima dipukul dengan pukulan backhand. Untuk mempercepat tempo permainan dan mempermudah dalam mengatur dan mengendalikan serangan, pemain melakukan alternatif lain yaitu dengan cara forehand, tetapi gerakan memukul itu melingkar, melewati belakang atas kepala. lihat gambar 2.11

Gambar 2.11 Pukulan melingkar kepala

     d.      Pukulan dari tengah atau samping
1.      Drive
Pukulan drive merupakan pukulan yang berada di samping badan, yang dilakukan mendatar lurus atau menyamping, digunakan untuk menyerang atau mengembalikan kok dengan cepat ke daerah lawan yang dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand.
Pukulan ini harus dipelajari pada saat bermain dimana sering kali kok melambung secara mendatar atau melayang dismaping badan. Lihat gambar 2.12.

Gambar 2.12 Drive



2.      Pukulan Netting
Netting merupakan pukulan pendek yang dilakukan di depan net dan atau diarahkan ke depan net di daerah lawan. Pukulan ini memerlukan ‘perasaan gerak’ dan kecepatan, karena harus menghasilkan jatuhnya kok sedekat mungkin dengan net. Untuk itu diupayakan, kok melintas rendah diatas bibir net. Lihat gambar 2.13

Gambar 2.13 Pukulan Netting















BAB III
RENCANA DAN PROGRAM LATIHAN

       A.    Rencana Latihan
Rencana latihan adalah suatu petunjuk yang mengikat untuk pertimbangan kondisi latihan. Rencana latihan sangat penting untuk para pelatih, supaya atlet dapat mengetahui apa yang harus    dilakukan, untuk menghindari faktor kebetulan dalam mencapai prestasi dan mempercepat tercapainya prestasi. Prinsip-prinsip rencana latihan terdiri dari :
1.      Rencana latihan harus bersifat ilmiah.
2.      Dibuat dengan cara demokratis
3.      Tujuan utama harus jelas dan tegas
4.      Selalu diadakan perbaikan
5.      Memperjelas program latihan
6.      Dilaksanakan secara konsekuen dengan melihat pengalaman

       B.     Program Latihan
Program latihan adalah proses persiapan menghadapi pelaksaan dan saat penyelesaian laporan, yang berguna untuk menunjang pelaksanaan rencana latihan lain. Dalam membuat program latihan yang perlu diperhatikan adalah :
1.      Berapa lama waktu latihan
2.      Jumlah atlet dan kemampuan individu
3.      Tempat, alat perlengkapan dan biaya
4.      Target yang akan dicapai
5.      Tenaga pelaksana
6.      Sistem dan metode yang akan digunakan

Dalam membuat program latihan minimal memuat tiga tahap yaitu :
     1.      Tahap Persiapan
a.       Tahap Persiapan Umum (TPU)
Latihannya terdiri dari teknik, taktik, dan kondisi fisik (60-70%). Dalam tahap ini latihan fisik ditekankan kepada perubahan-perubahan : kelentukan menjadi kelincahan (agility), daya tahan aerobik atau stamina (daya tahan kecepatan atau speed endurance) dan kekuatan ditingkatkan menjadi power dan daya tahan otot (strength endurance).
b.      Tahap Persiapan Khusus (TPK)
Dalam latihan ditekankan latihan-latihan yang spesifik seperti fisik dan teknik. Latihan fisik ditekankan pada unsur-unsur agilitas, power, daya tahan otot, dan kecepatan.
     2.      Tahap pertandingan
a.       Tahap Pra Pertandingan (TPP)
·         Tujuannya guna penyempurnaan semua aspek fisik, teknik, taktik, dan mental.
·         Tes uji coba dan perhatian khusus pada peningkatan terdiri dari, teknik, taktik, persiapan fisik dan psikologis (mental).
·         Intensitas latihan meningkat, karena intensitas volume latihan secara relatif semakin menurun.
b.      Tahap Pertandingan Utama (TPU)
·         Volume latihan menurun sekitar 50-60%. Intensitas latihan ditingkatkan secara bertahap dan mencapai tingkatnya yag tertinggi sekitar 3 minggu sebelum pertandingan.
·         Tryout atau pertandingan uji coba dari tahap ringan menjadi berat dan uji coba berselang antara berat dan ringan.

    C.    Merancang Latihan untuk Olahraga Perorangan dan Olahraga Beregu
1.      Olahraga Perorangan
·         Dalam olahraga perorangan, setiap atlet diberikan instruksi yang jelas, baik secara lisan maupun tertulis mengenai apa yang akan dikerjakannya pada hari latihan.
·         Sebelum melakukan latihan mandiri pelatih menjelaskan terlebih dahulu kepada atlet maksud dan tujuan dari latihan. Hal ini untuk mempersiapkan atlet yang berdikari. Karena secara psikologis tidaklah benar apabila secara tiba-tiba seorang pelatih melepaskan atlet begitu saja untuk berlatih sendiri, tanpa penjelasan lebih dahulu kepada atlet, terutama apabila atlet tersebut adalah atlet yang membutuhkan bantuan pelatih.
·         Atlet olah raga perorangan harus dirangsang untuk mempelajari sendiri segala aspek mengenai cabang olahraganya, misalnya mengenai peraturan-peraturan permainan dan pertandingannya, mengenai komponen-komponen fisik dan sistem apa yang harus dilatihnya. Atlet yang mempunyai pengertin dan pengetahuan yang baik mengenai segala aspek cabang olahraga biasanya lebih cepat maju dibanding dengan atlet yang tidak menguasainya.
·         Banyak atlet yang tanpa disuruh oleh pelatihnya sudah melakukan usaha ini. Mereka membaca buku mengenai cabang olahraganya, melihat juara-juara bertanding, mengamati cara dan metode latihannya, bertukar pikiran dengan atlet-atlet dan pelatih-pelatih yang mereka anggap bisa memberikan petunjuk-petunjuk yang bermanfaat, dan sebagainya. Akan tetapi hal tersebut juga bisa mengandung bahaya, yaitu apabila atlet terlalu ingin meniru-niru gerakan dan gaya atlet-atlet top, sedang yang ditiru tidak cocok dengan karakteristiknya.

2.      Olahraga Beregu
·         Makin besar jumlah orang yang dilatih, maka makin besar pulalah toleransi pelatih dalam memberikan latihan-latihannya. Karena itu, pelatih suatu cabang olahraga perorangan. Atlet olah raga cabang perorangan biasanya mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap prestasi dibandingkan dengan atlet cabang olah raga beregu.
·         Pelatih cabang olahraga beregu harus lebih fleksibel dalam cara mengajarkan keterampilan-keterampilan, oleh karena itu selalu akan ada perbedaan individu pada setiap atlet, misalnya dalam cara belajar, kecepatan, adaptasi, dan sebagainya, maka pelatih harus mempunyai banyak ragam dalam cara mengajar keterampilan, agar instruksi-instruksi yang diberikan benar-benar dapat dimengerti dan dihayati oleh setiap anggota tim, terutama pada waktu mengajar teknik-teknik atau keterampilan baru.
·         Keterampilan yang diberikan pelatih kepada atlet harus mudah dikuasai dan  peragaan cukup efisien dan efektif.
·         Atlet setiap cabang olah raga permainan harus bisa mengantisipasi gerakan-gerakan dari lawan mainnya, dapat meramalkan apa yang bakal dilakukan oleh lawannya jika ia memukul/mengembalikan bola ke kanan atau ke kiri, sehingga dengan demikian dia dapat mengintegrasikan dengan teman seregunya.
·         Latihan akan produktif apabila diakhiri dengan suatu evaluasi verbal intelektual antara pelatih dan atlet. Para atlet harus dididik menjadi individu-individu yang kreatif dan berfikir.

     D.    Landasan Pokok Pembinaan dan Peningkatan Prestasi Bulu tangkis

I.                   Kondisi Fisik
1.      Power
2.      Kekuatan (Strength)
3.      Kecepatan (Speed)
4.      Daya tahan (Endurance)
5.      Reaksi (Reaction)
6.      Kelentukan (Flexibility)
7.      Kelincahan (Agility)
II.                Kondisi Mental
1.    Disiplin dan etika pergaulan
2.    Kemauan
3.    Kejujuran
4.    Ketekunan
5.    Keuletan
6.    Dinamika
7.    Kecerdasan
III.             Kondisi Teknik
1.    Dasar
1.1  Grips
1.2  Footwork
1.3  Position
1.4  Antisipasi
1.5  The Body
2.    Pukulan
2.1  Overhead Strokes
2.2  Under Arm Strokes
2.3  Side Arm Strokes
IV.             Kondisi Taktik dan Strategi
1.    Pengetahuan Dasar
2.    Penempatan Bola
3.    Penampatan Diri (posisi)
4.    Daya Kreasi
5.    Daya Tangkap Permainan Lawan

      E.     Olahraga Dengan Aspek-aspek Kejiwaannya
Dalam mempersiapkan para atlet, yang perlu diperhatikan adalah tiga sifat kepribadian yang mungkin akan mewarnai usahanya di dalam pertandingan-pertandingan yang dilakukan yaitu :
1.      Sikap Sombong
      Sikap seorang atlet yang selalu menganggap bahwa ‘ saya pasti menang’. Sikap ini sangat membahayakan karena si atlet tersebut dapat dijangkiti penyakit ‘over confidence’ yaitu sikap yang menganggap enteng lawan, atlet itu selalu menganggap lawan terlalu lemah baginya. Sikap over confidence ini kadang-kadang disebabkan karena si atlet tersebut banyak mengalami kenangan-kenangan tanpa melihat kekuatan lawannya dan tidak akan pernah mau menganalisa apa sebab bisa menang.
Dan karena si atlet sudah terlalu dijangkiti rasa over confidence tadi, akibatnya :
a.       Tidak akan mempersiapkan diri dengan sebaiknya.
b.      Konsentrasi terhadap pertandingan yang akan dilakukan berkurang.
c.       Dalam pertandingan tidak ada kesungguhan
d.      Ada kemungkinan si atlet akan mengalami kekalahan meskipun lawan regu yang relatif lemah
e.       Kalau benar-benar kalah akan sulit bagi dia mengembalikan daya juangnya.

2.      Sikap Menyerah
      Sikap ini adalah suatu sikap atlet yang menganggap bahwa bagaimanapun juga ‘saya pasti kalah’. Sikap atlet pasti kalah akan mengakibatkan keputusan, tidak percaya pada kekuatan sendiri dan pada hakikatnya sudah menyerah sebelum bertanding. Sehingga kepercayaan terhadap kekuatan diri sendiri sudah tidak ada lagi, sudah tidak melihat lagi apakah lawannya memang, kuat atau lemah.

3.      Sikap Berusaha Menang
a.       Sikap berusaha untuk menang dengan jalan apapun
Sikap ini biasanya diakibatkan karena bimbingan mental terhadap atlet kurang mendapat perhatian, sehingga mereka kurang mengerti akan maksud dan tujuan berolahraga yang sebenarnya. Musuh dalam pertandingan dianggap seperti musuh dalam peperangan. Mereka merupakan bahwa musuh dalam pertandingan adalah merupakan kawan yang berfungsi sebagai lawan sementara demi terlaksananya suatu pertandingan olah raga, disamping itu juga berfungsi sebagai pengukur kekuatan yang akhirnya dapat sebagai pemacu dalam usaha peningkatan prestasi diri sendiri.
b.      Sikap berusaha untuk menang dalam batas-batas sportivitas. Merupakan suatu sikap yang ideal dalam kehidupan berolahraga, si atlet berusaha untuk bermain sebaik-baiknya tanpa memandang lawan rendah meskipun lawannya relatif memang rendah dan tidak merasa kecil meskipun lawannya relatif jauh lebih kuat, punya ‘winning attitude’ yaitu sikap yang selalu siap sedia dan punya kepercayaan terhadap dirinya dan mempunyai kemantapan bertanding yang tidak dapat di goyahkan oleh keadaan lawan yang bagaimanapun juga.

       F.     Ilmu Kepelatihan
            Keberhasilan seorang pelatih di dalam menangani tugasnya sangat begantung kepada kemampuan dirinya sendiri untuk mewujudkan semua kecakapan yang dimilikinya demi peningkatan prestasi para atletnya. Untuk menjadi seorang pelatih yang baik paling tidak ia harus memiliki beberapa kriteria, antara lain : kemampuan fisik, kemampuan psikis dan kemampuan pendekatan sosial
      1.      Kemampuan Fisik
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a.       Physical Fitness
      Physical fitness bagi seorang pelatih adalah sangat penting untuk selalu dimiliki dan dipelihara. Seorang pelatih harus selalu siap untuk melakukan gerakan-gerakan yang di latihkan. Pada saat melatih seseorang pelatih tidak boleh kelihatan lesu, seolah-olah tidak siap dan sebagainya. Karena kadang-kadang hal semacam ini akan mempengaruhi fisik para atlet dalam menjalankan latihannya.
      Menjaga kondisi fisik bagi seoarang pelatih dapat dilakukan dengan pemeriksaan medis secara teratur, mengatur makanan dengan baik, membiasakan hidup sehat, mengatur saat-saat kapan dia harus kerja dan kapan dia harus beristirahat, mengadakan rekreasi dan juga tidak boleh meluapkan latihan-latihan sendiri yang biasa dilakukan,  hal tersebut sangatlah  penting untuk menjaga agar tetap  memiliki kekuatan, daya tahan otot, power, kelincahan bergerak, keseimbangan, dan kecepatan.
b.      Physical performance atau skill performance
      Untuk dapat melakukan gerakan-gerakan atau teknik-teknik yang diperlukan dalam cabang-cabang olahraga yang dipimpinnya merupakan hal-hal yang harus bisa dilakukan. Semakin banyak yang dilakukan maka semakin baik. Jangan sampai seorang pelatih tidak tahu akan perkembangan pelaksanaan suatu teknik, bila perlu seorang pelatih harus mampu menciptakan teknik-teknik yang baru yang dapat menguntungkan bagi peningkatan prestasi.          Kalau pelatih itu mantan atlet dalam cabang olahraga yang dipimpinnya, sehingga ia dapat betul-betul mengerti dan dapat menghayati semua kesulitan dan bagaimana cara untuk mempelajari teknik yang dilatihnya secara efektif dan efisien.
c.       Proporsi fisik yang harmonis dan sesuai
      Untuk memberikan kesan pertama yang mantap maka mengenai proporsi fisik yang harmonis dan sesuai sangat diperlukan karena para atlet muda akan lebih mengagumi dan akan lebih menaruh kepercayaan serta kebanggan atas dasar perwujudan orangnya, meskipun hal ini terutama akan berlaku pada saat-saat pertama kali bertemu muka.
Kemantapan serta kepercayaan tersebut akhirnya akan bertambah setelah mengetahui akan kemampuannya setelah dimulai latihan-latihan.

       2.      Kemampuan psikis
            Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam kemampuan psikis diantaranya :
a.       Memiliki pengetahuan yang luas terhadap bidangnya, baik secara teori maupun praktis dimana seseorang pelatih harus selalu berusaha untuk menambah dan menyempurnakan pengetahuan, mislanya pengetahuan tentang ilmu psikologi.
b.      Memiliki IQ yang tinggi yang mencakup kecakapan dan kelincahan berpikir dalam menentukan persoalan atau permasalahan yang dihadapi. Semakin cepat proses berpikir seorang pelatih semakin cepat pula dia dapat memecahkan masalah dan menyelesaikan berbagai hambatan yang dihadapi sehingga usaha meningkatkan prestasi segera dapat di realisir.
c.       Memiliki daya imaginasi serta daya kreasi yang mengagumkan, dimana seorang pelatih dapat meningkatkan serta menyempurnakan apa yang telah dimiliki oleh para atletnya.
d.      Memiliki keberanian bertindak dengan kemauan keras untuk menang dalam batas-batas sportivitas. Karena tanpa adanya keberanian bertindak maka semua yang telah direncanakan tidak akan ada dalam kenyataan, dan tidak akan pernah mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga bagi tindakan-tindakan selanjutnya. Atas dasar hasil yang telah dicapai maka seorang pelatih harus dapat melangkah lebih maju lagi dengan cara selalu menanyakan pada diri sendiri apa kemudian yang harus saya lakukan demi perbaikan dan penyempurnaan dan demikian seterusnya.
e.       Memiliki kecintaan serta dedikasi terhadap bidangnya. Tanpa adanya kecintaan dan dedikasi, seorang pelatih akan lebih mudah terombang-ambing oleh hal-hal yang terkadang dapat menyimpang dari jiwa olahraga.
f.       Memiliki kesehatan mental yang baik antara lain:
-          Memiliki pandangan sehat terhadap kenyataan baik terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap orang disekitarnya.
-          Adanya kecakapan menyesuaikan diri pada segala kemungkinan dan memiliki kemampuan mengatasi persoalan yang dihadapi
-          Mencapai kepuasan pribadi, ketenangan hidup tanpa merugikan orang baik.
g.      Memiliki sense of humor
-          Sense of humor sangat penting untuk memecahkan ketegangan saraf  yang setiap saat dapat timbul dalam menghadapi pertandingan-pertandingan.

      3.      Pendekatan Sosial
Yang terpenting bagi seorang pelatih adalah :
a.       Mudah bergaul dengan situasi apapun
b.      Memiliki tingkah laku serta tutur bahasa yang dapat dibenarkan






      G.    Contoh Format : Pengamatan Perkembangan Atlet dalam Latihan

Analisis Strokes/Pukulan-Pukulan
Tanggal          :                                   Nama Atlet     :
Pukulan
Set I
Set II
Komentar
Strokes
Fore
hand
Back
Hand
Fore
hand
Back
hand

Clear/lob
a.       Lob
b.      Attacking lob



I L L


I I I

Drive
a.       Straight
b.      Cross


I I I I

I I I



Drap
a.       Drap
b.      Chopped

I I I I


NNN
N


Pukulan di Net
a.       Tinggi
b.      Rendah

I I I

I I I I


I I

Pengembalian Service
a.       Flick
b.      Pendek
c.       Tinggi
d.      Drive



I I I




NNN


Service
a.       Flick
b.      Pendek
c.       Tinggi
d.      Drive

I I I
I I I I
I I
I


NNN
N
  O


Smash
a.       Straight
b.      Crosss

I I I
I I I I


N


Keterangan :
O = Pukulan Out                     I = Cepatnya pukulan-pukulan
N = Pukulan Net                     L = Lambatnya pukulan-pukulan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar